Senin, 07 April 2008

Langgam Kenangan Muda

Perubahan, itulah hasil yang diharapkan dari sebuah pembinaan. Begitu taujih dari pembina kami yang sering diulang pada setiap pertemuan pekanan. Dan hari ini Aa Agus kemali mengulang perkataannya yang selalu membekas dalam hati kami.

Hari itu Jumat sore. Sepulang kerja, aku meluncurkan sepeda motor GL Pro kebanggaanku ke Muka Kuning, tepanya di salah satu kamar di Blok R. Disana telah menungu Heri, Aji, Tiyo, Kana, Fahri, dan ada beberapa lagi yang belum datang. Aa Agus yang tempat kerjanya tidak jauh dari kantorku juga sudah menunggu.

Begitulah, aku selalu menunggu hari Jumat sore. Bukan karena akhir pekan lalu aku pergi berlibur seperti karyawan di PT pada umumnya. Namun karena hari Jumat sore adalah jadwal pertemuan mingguan kami. Disinilah kami akan mendapatkan gizi yang bermanfaat untuk spiritual kami. Aa Agus dengan begitu sabar memberikan wejangan sekaligus membimbing kami.

Kami sudah menjadi seperti saudara. Kami telah melalui banyak hal dengan kebersamaan ini. Makan, minum, tidur, olahraga, wisata, melihat konser nasyid, kerja bakti sampai demo. Semua kami lakukan bersama-sama. Kami juga sering mengingatkan satu sama lain. Mengingatkan waktu sholat, saling membangunkan untuk tahajud, saling menyetorkan hafalan, tukar menukar buku, diskusi bersama, bedah buku dan banyak hal.

Dan yang kami rasakan adalah perubahan yang ada dalam diri kami. Dulu kami adalah remaja yang hamir tidak punya pegangan hidup. Kesana kemari terombang-ambing roda pergaulan lingkungan industri di kawasan Muka Kuning ini.

Dulu kami tidak memiliki harapan dan cita-cita yang pasti. Hanya menjalani hidup begitu saja, bekerja, pulang, istirahat, bergaul dengan lingkungan sekitar sesama pekerja. Namanya pekerja yang semuanya berusia muda, pergaulannya ya ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ada yang sesuai norma agama ada juga yang melanggar syariat.

Sudah umum dalam pandangan orang di Muka Kuning ini, pergaulan laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang biasa. Orang-ornag muda yang berudaan, pacaran, berboncenan sepeda, duduk berdua di bawah pohon atau di taman seribu janji, adalah pemandangan yang biasa terjadi.

Namun bagi kami itu adalah masa lalu. Sekarang hati kami telah terpatri dalam satu janji, untuk mencintai hanya kepada Yang Maha Pencipta. Hati kami telah terpaku dalam satu prinsip, mencintai dan dicintai dalam satu sarana suci, pernikahan.
Dan kami yakin masa itu akan datang jika saatnya tiba.

Kami jadi ingat sebuah nasyid dari grup Suara Persaudaraan, ang berjudul Langgam Kenangan Muda syairnya sangat menyentuh hati kami. Dan nasyid ini juga yang telah memberikan sebuah penyadaran bagi kami tentang hakikat cinta.

Duhai kawan aku punya cerita
Kisah tentang dua anak manusia
Yang terhunjam sebatang panah asmara
Kemudian mendapat hidayah Robb-nya

Keduanya kini harus memilih
Antara sahabat dan Robb-nya terkasih
Sahabat lama pun kini ditinggalkan
Cinta suci hanyalah milik Tuhan

Aduh segere banyune ing sendang
Ilang susahe wis mari rak mriyang
Banyune bening nyenyeger ati
Mugerak lali ning Allah kang suci

Allah, Allah, Allah ghoyyatuna
Muhammad qudwatuna
Al-Quran dusturuna
Jihad, jihad, jihad sabiluna
Al-Mautu Fisabilillah atsma 'amalina

Allah, Allah, tujuan hidup kami
Muhammad tauladan kami
Al-Quran penuntun kami
Jihad, jihad, jihad jalan kami
Syahid di jalan Allah cita kami tertinggi


Ah, aku jadi rindu suasana itu. Aa Agus, Heri, Tiyo, Kana... Blok R, Muka Kuning.. jejak langkah menuju sebuah perubahan. Jumat sore yang tak terlupakan.

muka kuning, 1998, dimanakah kalian sekarang, saudaraku?

Tidak ada komentar: