Rabu, 12 September 2007

Hadza Min Fadli Rabbi

Laki-laki setengah baya itu memperhatikan dengan seksama seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun yang sedang serius mengikuti kajian Ramadhan di Masjid Raya Batam.

Sebagaimana tahun sebelumnya, setiap 10 malam terakhir di masjid terbesar di Kota Batam ini diselenggarakan I'tikaf bersama. Laki-laki itu salah satu peserta itikaf, sama seperti bocah kecil yang menarik perhatiannya. Setiap hari, setiap agenda itikaf ia memperhatikan anak kecil itu.

Ada rasa kasihan dalam hatinya. Pakaian anak itu yang sangat sederhana, cara bicaranya yang sopan dan sangat lancar juga keterlibatannya dalam setiap kegiatan di masjid itu. Dia tidak ketinggalan dalam setiap sholat jamaah, duduk bersama-sama orang yang usianya jauh di atasnya dalam kajian-kajian ilmu, dia juga tilawah dan menggunakan waktu luangnya di pagi dan sore hari untuk membaca buku di perpustakaan masjid ini.

Hampir setiap kegiatannya tidak ada yang sia-sia, atau hanya main-main sebagaimana anak seusianya. Ia sangat tekun dnegan buku yang ia baca, bahkan selalu mencatat jika menemukan hal-hal baru, lalu mengetiknya dengan komputer yang ada di perpustakaan itu. Ia juga terlihat sangat lancar memainkan keyboard dan mouse termasuk menjelajah internet.

Pada satu kesempatan laki-laki itu mengungkapkan perasaannya kepada petugas perpustakaan masjid dan mengatakan bahwa ia memiliki anak seusia bocah itu. Dan ia sempat menanyakan bocah itu anak yatim darimana, ia terlihat sabar, cerdas dan lebih dewasa dari usianya, uangkap laki-laki itu.

Orang akan bangga jika mengasuh anak seperti itu.

Pada kesempatan yang lain ia berbicara langsung dengan bocah itu, menanyakan dimana ia tinggal. Mendengar nama Sukajadi, terbayang ia sebuah kawasan rumah liar di seberang jalan kawasan elit Bukit Indah Sukajadi.

Hingga suatu hari sebuah media lokal memuat tulisan tentang kegiatan itikaf Ramadhan Masjid Raya Batam, ada sebuah judul "Hadza Min Fadli Rabbi, peserta termuda itikaf MRB".

Ya nama bocah yang 10 hari penuh ikut program itikaf itu Hadza Min Fadli Rabbi, atau lebih sering dipanggil Fadli, ternyata ia berusia 10 tahun, siswa kelas enam sebuah SD Negeri di Batam, anak pertama dari Kepala Kantor Telekomunikasi (Kakandatel) Batam dan Riau Kepulauan (waktu itu), Ir. Arief Musta'in. Ibunya Nurul Qomariah, S.Si saat itu adalah pengurus DPW Partai Keadilan Sejahtera Propinsi Kepulauan Riau, Deputi Kewanitaan. ().

to : Mas Fadli, Faiz udah di Jawa sekarang, kapan kita ketemu?

Tidak ada komentar: