Kamis, 13 September 2007

Vina, Kapan Engkau Kembali?

Wajahnya cantik. Dengan balutan jilbab lebar, Vina menjadi pusat perhatian diantara teman-temannya. Vina bekerja sebagai seorang operator mesin di perusahaan asing, di komplek industri Muka Kuning. Aslinya dari Ranah Minang, dan hampir 5 tahun ini merantau di Batam.

Selain bekerja, Vina memiliki aktivitas yang cukup padat. Pengajian rutin mingguan yang ia lakukan dengan bimbingan Umi Farhan, Ibu muda yang rajin mengelola pengajian. Vina juga aktif di organisasi remaja masjid Nurul Islam, lembaga dakwah muslimah dan bergabung dalam sebuah kelompok pecinta alam. Ia pandai mengaji, mengelola majelis taklim, rohis, dan mengajar di TPA. Ia juga sering mengisi kajian-kajian muslimah di lingkungan PT maupun di luar Muka Kuning.

Sebenarnya teman-temannya khawatir dengan bergabungnya Vina dalam kelompok pecinta alam ini. Selain padatnya acara yang telah ia lakukan, masalah utama adalah kesehatannya yang mengkhawatirkan. Dua tahun lalu ia pernah menjalani operasi jantung dan setelah itu kadang-kadang penyakitnya itu sering kambuh. Anehnya sejak ia bergabung dengan kelompok PA ini dan sering mengikuti kegiatan outdoor malah justru ia jarang mengeluhkan penyakitnya itu.

Teringat waktu mau operasi kami semua bingung harus bagaimana. Kondisinya sudah harus dioperasi namun kami semua yang menjadi teman dekatnya kebingungan mencari biaya operasi. Untuk mengumpulkan uang puluhan juta dari karyawan PT seperti kami adalah hal yang sangat berat. Gaji kami hanya cukup untuk menjalani hidup di kota yang serba mahal ini, bahkan untuk mengirim ke kampung halaman dan menabung, kami harus menyisihkan dari gaji kami atau kami harus merelakan waktu untuk kerja lembur lebih banyak lagi. Sedangkan bantuan dari perusahaan tidak mencukupi biaya operasi dan pengobatan di Jakarta. Operasi jantung hanya bisa dilakukan di ibukota atau di Singapore sekalian. Untuk ke negeri tetangga itu biayanya jauh lebih besar lagi.

Salah satu diantara kami yang kebetulan Ketua Majelis Taklim perusahaan kami berinisiatif untuk menggalang dana. Kami semua aktivis Majelis Taklim (MT) menjadi inisiator sekaligus relawan. Di mulai dari jamaah MT, ke karyawan lainnya bahkan sampai ke MT perusahaan lain dan kelompok-kelompok pengajian lain. Kami terkejut ketika dalam 2 hari sudah terkumpul cukup banyak uang. Kami sendiri kaget menghitungnya. Semuanya terkumpul hampir 20 juta rupaih. Sebuah nominal yang fantastis menurut kami. Kami merasa ini jumlah yang lumayan untuk membantu biaya operasi Vina.

Semuanya berjalan lancar, Vina sudah kembali lagi bekerja dan melakukan aktivitasnya.

Beberapa kali Vina menyertai kegiatan outbound yang kami lakukan. Bersama para peserta akhwat lainnya, ia mengikuti semua agenda acara. Bahkan ia termasuk yang menunjukkan bakat untuk menjadi asisten pelatih bagi saya. Di tim kami ada 10 orang ikhwan dan 10 akhwat asisten pelatih, salah satunya Vina.

Beberapa kegiatan kami lakukan bersama-sama. Mulai dari long march, camping, outbound, jelajah hutan, lomba lintas alam dan kegiatan PA lainnya. Jumlahnya tidak terhitung lagi. Hampir 4 tahun kami bersama-sama.

Pernah suatu hari Vina dan beberapa tim akhwat kami ikut sertakan dalam lomba lintas alam antar PA. Pesertanya dari berbagai kelompok PA baik umum, pelajar maupun mahasiswa. Entah bagaimana kejadiannya setengah dari seluruh peserta tersesat di hutan belantara. Hingga malam menjelang mereka belum sampai finis. Padahal prediksi panitia paling lambat jam 3 sore seluruh peserta sudah mencapai titik akhir. Kelompok Vina termasuk peserta yang tersesat. Percakapan terakhir yang saya lakukan dengannya mengatakan kemungkinan ada yang merubah arah penunjuk jalan. Setelah itu tidak ada percakapan lagi. HP mereka tidak ada yang bisa dihubungi.

Salah saorang panitia yang aku kenal menghubungiku setelah magrib. Ia meminta saya ikut melakukan evakuasi dan pencarian peserta yang hilang. Dengan bergegas saya menuju lokasi. Kami ada berlima, salah satunya seorang pelajar. Yang lainnya ada dari SAR Otorita Batam dan pembina pramuka. Kami menyusuri hutan malam itu dengan penerangan seadanya. Bahkan sepatu yang saya pakai sampai rusak sama sekali, saya akhirnya berjalan tanpa alas kaki.

Tanpa merasakan rasa sakit di kaki, kami terus berjalan. Setelah hampir 2 jam kami berjalan, kami menemukan tanda berupa api yang dinyalakan mereka. Setelah mendekat ternyata benar itu mereka. Salah satu peserta itu ada yang masih dapat sinyal dan langsung menghubungi kami. Kami bilang tetap di tempat dan terus upayakan nyalakan api, saling mendekat dan saling menghibur. Kami segera sampai.

Ternyata tempat kami dengan mereka terpisahkan sebuah sungai yang cukup lebar. Perjalanan kami terhenti. Tidak ada daratan yang bisa kami selusuri untuk sampai kesana. Akhirnya kami menghubungi pos utama SAR Batam, meminta dikirim speed boat untuk evakuasi mereka. Dan dalam waktu 1 jam berikutnya speed boat datang. Per kelompok peserta dievakuasi dengan speed boat dan terakhir kami ikut speed itu keluar.

Suami Umi Farhan telah menunggu dengan mobil untuk mengantar Vina dan teman-teman pulang. Setelah kami antar pulang kami semua kembali ke rumah amsing-masing.

Selama ini kami memiliki kenangan yang indah bersama teman-teman PA, termasuk dengan Vina. Kami semua sudah seperti saudara. Setelah satu persatu diantara kami akhirnya menikah, dengan pasangan masing-masing, kami tetap menjalin komunikasi dan hanya beberapa akhwat yang masih bisa mengikuti kegiatan ini.

Kami merasa bukan hanya kepentingan kelompok PA yang kami bawa. Ini adalah kepentingan yang lebih besar lagi. Dalam kelompok PA ini kami membawa, melaksanakan dan mengajarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Dalam interaksi kami, sangat dijaga batas-batas komunikasi antar ikhwan dan akhwat. Dalam pertemuan rapat kami memakai hijab. Dalam perkemahan kami juga membuat camp dalam jarak yang cukup dan dalam jumlah yang banyak. Kami berusaha menjaga hijab dengan baik.

Adab dan tata krama Islam kami bawa serta dalam setiap kegiatan. Sholat berjamaah di awal waktu, membaca Al Quran, sholat malam adalah aktivitas utama dalam setiap kegiatan kami. Kami sudah sepakat bahwa kami berdakwah melalui kelompok PA ini.

Hingga suatu hari Vina memiliki masalah. Kami sendiri tidak mengerti tentang hal itu, yang kami tahu Vina mulai jarang mengikuti kegiatan. Kabar yang kami terima ia punya masalah dengan salah seorang teman pengajiannya, kemudian kekecewaannya ia tunjukkan dengan tidak menghadiri pengajian rutin mingguan. Hal ini sangat prinsip menurut kami, karena pertemuan ngaji mingguan adalah sarana utama kami untuk menuntut ilmu dan menjaga ruhani kami.

Perkembangan selanjutnya sungguh memprihatinkan. Vina sudah mulai jarang berinteraksi dengan kami, tidak pernah datang pengajian apalagi mengisi ceramah. Dari temannya kami mendengar jilbabnya sudah tidak panjang lagi, istilahnya jilbab gaul, kami cukup prihatin meskipun masih bersyukur ia tetap memakai jilbab. Apalagi ketika kami tahu ia sudah melupakan batas-batas interaksi laki-laki dan perempuan. ia sudah mulai suka berboncengan dengan lawan jenis. Kami cukup prihatin.

Hingga suatu hari, kami semua kaget. Vina berubah menjadi sesuatu yang lain bagi kami. Hampir-hampir kami tidak mengenalnya. Mana hijab kebanggaan kita itu? Vina, kapan Engkau kembali? ()

To all member PA : Masih ingat kenangan di Simpang DAM?

Tidak ada komentar: