Rabu, 12 September 2007

Jalinan Ukhuwah di Gunung Jantan

Pagi itu cahaya matahari cerah menghiasi Gunung Jantan. Puncaknya yang tidak terlalu tinggi cukup menjulang nampak tegar dan kokoh. Inilah puncak tertinggi dari tiga buah gunung yang ada di kepulauan Karimun. Hutan yang masih asli, pohon-pohon rapi berdiri berjajar. Di salah satu lerengnya terdapat sebuah perkampungan sederhana. Desa Sememal. Salah satu wilayah kecamatan Meral Kabupaten Karimun. Disanalah terdapat sebuah pondok pesantren. Dan disana sedang berkumpul sekumpulan pemuda sedang mempersiapkan sebuah acara.

Latihan Dasar Kepemimpinan. Judul acara yang membuat semangat kita menggelora. Betapa tidak, negara ini sedang dirundung kemalangan dengan krisis berkepanjangan. Negeri ini membutuhkan pemimpin yang kuat. Dan disana, di desa terpencil di ujung sebuah pulau, bahkan di pulau kecil dari sekian ratus pulau di kepulauan riau ini, sedang diadakan even dengan target besar, mempersiapkan pemimpin.

Ya. Mereka adalah adik-adik pelajar SLTA di pulau ini. Mereka adalah pengurus Rohis 6 sekolah SLTA disini. Sebelum ini mereka telah mendapatkan bimbingan secara reguler melalui kegiatan mentoring dengan dipandu oleh kakak mentor dari LSM yang bernama Komunitas Peduli Pemuda Muslim Shalih Cendekia (KPPM Shadik). Tanpa merasa lelah dan dengan penuh semangat pemuda yang tergabung dalam organisasi ini bekerja. Dan mereka tengah mempersiapkan acara itu.

Pesantren Kenangan

Pondok pesantren ini terlalu sederhana untuk misi utamanya yang menjulang. Tempat menempa generasi muda Islam ini hanya berupa bangunan-bangunan sederhana. Bahkan terlalu sederhana. Berdinding kayu, beratap rumbia. Hanya sebuah gedung kecil untuk kantor yayasan yang nampak bagus. Juga sebuah masjid mungil untuk sholat berjamaah keluarga pesantren ini. Inilah pesantren Hidayatullah kab. Karimun.

Padahal sistem belajar disini sangat bagus. Anak-anak belajar ilmu umum sesuai dengan jenjang sekolahnya. Juga mendalami ilmu agama. Ada program hafalan quran, tahsin tilawah, kajian shirah, tsaqafah al islam, bahasa arab, nahu, sharaf tentu saja tidak ketinggalan kajian fiqih, tafsir, dan hadits. Setiap pagi dan sore anak-anak membaca dzikir al matsurat. Sholat berjamaah menjadi kewajiban utama.

Tapi lihat kondisi bangunannnya. Pemondokan santri ikhwan hanya terbuat dari susunan kayu-kayu. Dinding kayu, itupun tidak tertutup rapat. Atap rumbia dan plastik terpal yang tidak penuh menutupnya. Tempat tidur juga dipan kayu. Ada juga kasur-kasur butut yang sangat tipis dan sudah lusuh. Lemari pakaian dari kayu-kayu sederhana. Meskipun demikian ruangan pemondokan nampak rapi dan bersih. Ada sekitar 5 bangunan seperti ini. Agak jauh dari pemondokan ikhwan ada rumah ustadz, yang juga tidak lebih baik. Ada pemondokan putri yang letaknya lebih jauh ke dalam, dekat dengan lereng gunung. Ada dapur umum dan sekretariat.

Tempat mandi langsung dari air sungai yang mengalir dari lereng gunung. Ada lapangan luas di tengah-tengah sebagai tempat olahraga. Di sekeliling terdapat perkebunan untuk menanam sayur, dan tanaman lain yang bermanfaat. Listrik belum ada disini. Penerangan menggunakan sebuah genset kecil sumbangan dari dermawan. Alat ini dihidupkan pada saat-saat tertentu saja. Terutama malam hari.

Dalam kesederhanaan, pesantren ini menyimpan harapan besar. Kelak dari sini akan lahir para mujahid pejuang Islam. Insya Allah.



Merekalah Calon Pemimpin

Selepas sholat dhuhur, persiapan sudah cukup dilakukan. Pada peserta sudah mulai berdatangan. Ada sebagian kecil yang datang menggunakan kendaraan roda 2 bersama-sama dari sekolah mereka. Sebagian besarnya ikut bersama rombongan bus yang disipakan panitia. Ada dua buah bus yang disiapkan. Satu untuk rombongan ikhwan dan satu lagi rombongan akhwat. Mereka tadi bersama-sama berangkat dari SMA 1 sebagai meeting point.

Bus pertama membawa sekitar 30 orang remaja putra dari dan bus lainnya remaja putri dalam jumlah yang hampir sama. Mereka tampak dengan penuh semangat mengikuti acara ini. Padahal mereka mesti meninggalkan rumah dan akan tinggal di tempat yang sangat sederhana. Terbayang mereka akan tidur tanpa alas kecuali selembar tikar tipis. Namun mereka tidak mempedulikan hal itu. Mereka mulai sibuk mengikuti seluruh rangkaian acara pelatihan.

Berbagai materi mereka dapatkan. Teknik komunikasi, wawasan organisasi, pembekalan kerohanian, kepemimpinan dan team building. Mereka juga diberikan games-games yang menarik sehingga dapat mengeksplorasi kemampuannya. Acara malam berupa jurit malam dengan fokus pada pembekalan aqidah, akhlaq, ibadah dan juga tsaqafah. Paginya mereka berolah raga, tracking atau hiking ke gunung jantan dan permainan simulasi kerjasama tim.

Dalam Gerimis, Tahajud di Tengah Hutan

Kenangan yang tak terlupakan. Mengakhiri perjalanana malam dengan qiyamulail. Menjelang pos terakhir kami sampai di sebuah sumber mata air yang sejuk. Saat itu kurang lebih jam 03.30 wib. Mata air yang indah. Bebatuan besar bertumpuk-tumpuk menjadikan air mengalir seperti air terjun mini. Bunyi gemericiknya menyentuh kalbu. Mengingatkan kuasa Ilahi. Suasana pagi yang indah. Kami semua menikmati jernihnya air. Membasuh muka dan mensucikan diri.

Perjalanan sebentar sampai di sebuah tempat yang agak lapang. Kami menyusun barisan menghadap kiblat. Ustadz Syaifuddin, seorang pengajar di Hidayatullah memimpin sholat malam. Ketika takbiratul ihram, tiba-tiba langit meredup. Gerimis mengucuri seluruh tubuh kami. Basah kuyup badan dan baju kami. Namun jamaah tidak bergeming. Anugerah Allah semakin mendekatkan kami padanya. Adik-adik pelajar juga kami harap tidak merasa berat dengan situasi ini.

Menjelang subuh kami melanjutkan perjalanan. Kembali ke camp. Adik-adik terlihat menikmati perjalanan ini. Tidak ada keluh dan kesah terdengar dari mulut mereka. Bahkan mereka merasa terkesan dengan situasi seperti ini. Sungguh kenangan yang indah, bersama-sama menghadap keharibaan-Nya dalam sholat di penghujung malam, dalam suasana kelam di hutan, dalam gerimis hujan ….

Kenangan Indah

Sampai di pondok, kami membersihkan badan, mengganti baju dengan yang kering, mengambil air wudhu lalu menunaikan sholat shubuh. Ustadz Qomarudin memimpin sholat subuh, lalu memberikan tausyiah yang menggugah semangat. Kajian shirah nabawiyah. Kami disuguhi cerita heroik dan penuh nilai-nilai ilahiah, seorang sahabat unggul bernama Abdullah bin Huzaifah. Utusan Rasulullah dan duta para khalifah.

Kemudian kami melanjutkan dengan dzikir al matsurat, tilawah quran hingga pagi menjelang kami melakukan riyadhoh. Permainan sepakbola semakin menjadikan semua peserta menjadi akrab. Kakak mentor juga ikut bersama adik-adik bermain. Kelompok akhwat melakukan hiking mengikuti rute yang semalam dilalui kelompok ikhwan. Mereka juga terlihat sangat menikmati.

Setelah materi kepemimpinan, acara dilanjutkan dengan outbound. Materi team building disguhkan dengan games yang menarik. Seorang pembina senior memimpin acara tersebut. Semua peserta terlihat semangat. Mereka tertawa lebar, berlari, berbaris, bubar, membentuk lingkaran dan semua aktivitas sesuai dengan instruksi pembina. Sebuah game unik dengan menutup mata, mereka dimbing kawannya untuk menempuh rute tertentu. Kemudian bermain dengan kayu berbentuk segitiga dan melewati jaring laba-laba. Semua permainan sepertinya memang didisain sesuai dengan materi. Semuanya membutuhkan ketajaman intuisi, kepekaan, kejeliaan, kekompakan, kepemimpinan, komunikasi, kerjasama dan juga nilai-nilai pengorbanan.

Perpisahan adalah saat paling mengharukan. Dua hari terasa begitu singkat. Hampir tak terasa acara telah pada penghujungnya. Kesan-kesan positif peserta. Pembentukan alumni pelatihan sebagai wadah komunikasi bersama seluruh rohis, diiringi dengan pemilihan ketua alumni. Haru terasa ketika bersalam-salaman. Kenangan indah begitu cepat berlalu, namun kesan akan tetap terpatri di kalbu.

Gunung jantan masih berdiri tegak menjulang.
Di lerengnya pernah tercipta sebuah kenangan.
Ketika bunga-bunga ukhuwah terajut disana.
Adik-adik itu, mereka calon pemimpin bangsa.
Semoga persaudaraan ini akan tetap terjaga.


Karimun,
Toek adik-adik rohis se karimun, keep in touch on ukhuwah and keep in faith. Nahnu duát, brother …

Tidak ada komentar: