Kamis, 13 September 2007

Kisah di Ruang Mawar II

Om Slank meneleponku ketika aku masih di temapt kerja. Katanya Mas Siswo sakit, tiba-tiba muntah-muntah terus dan badannya lemah. Aku diminta segera pulang. Biasanya aku pulang menjelang malam. Namun karena telepon Om Slank aku memutuskan segera pulang. Aku menitip pesan ke meja kerjanya Budi memberitahukan tentang sakitnya Mas Siswo. Budi masih di luar kantor, kunjungan ke customer. Aku segera memacu sepeda motor menuju tempat tinggal kami.

Sampai di rumah, di kawasan Batam Centre ini, aku langsung menemui Mas Siswo yang sedang dipijat oleh Om Slank. Kondisinya sangat lemah. Aku khawatir terjadi apa-apa maka aku bilang ke Om Slank kalau Mas kita bawa ke rumah sakit saja. Aku pinjam mobil Pak Suryo untuk mengantar Mas Siswo ke Rumah Sakit.

Tiba di rumah sakit Harapan Bunda, kami segera mendaftar ke ruang registrasi. Perawat menyambut dengan ramah dan senyuman hangat. Setelah mendata mereka mempersilakan kami menunggu. Tidak berapa lama dokter memanggil kami masuk. Mas Siswo positif malaria dan harus dirawat. Setelah mendapatkan kamar, aku meminta Om Slank pulang dulu naik taksi mengambil pakaian ganti dan kesini naik motor saja.

Hampir 2 minggu Mas Siswo dirawat di Ruang Mawar II rumah sakit ini. Di ruang ini ada 4 orang pasien. Rata-rata seorang pasien dirawat 2-3 hari lalu dibawa pulang., Hanya kami yang bertahan cukup lama disini dan ada seorang pasien lagi, seorang gadis, karyawan PT Astra yang dirawat di sebelah Mas Siswo, namanya Hartini. Ia sakit tipus. Usianya kurang lebih 20 tahun dan belum ada setahun kerja di Batam.

Karena sama-sama menunggu pasien dan tiap hari bertemu, kami menjadi akrab satu sama lain. Hartini ditunggui secara bergantian oleh teman-teman se-dormitori-nya. Mereka tinggal di salah satu blok di Blok R Lantai 3, kawasan industri Batamindo, Muka Kuning. Satu rumah dihuni 12 orang, mereka semua 1 angkatan, rekrutan dari Jogja, tapi asalnya ada yang dari Sleman, Gunungkidul, Bantul dan Jogja. Karena kerjanya sistem shift, mereka juga menunggui Hartini sesuai shift-nya. Sedangkan aku dan Om Slank hanya berdua bergantian menunggu. Budi sesekali datang tapi jarang menginap. Kalau aku dan Om Slank tiap hari bermalam disini. Pagi hari aku ke tempat kerja dan waktu makan siang aku ke RS untuk menyuapkan makan Mas Siswo dan meminumkan obat. Om Slank biasanya menunggu sambil istirahat di koridor RS. maklum, malam harinya dia harus narik ojek.

Kami jadi mengenal semua anggota rumahnya. Ada yang namanya Susi, Rani, Ratih, Fitri, Wulan, Siti dan Dewi. Yang lainnya aku lupa namanya. Kami menjadi akrab. Mereka kerap membawakan makanan untuk kami. Rani yang paling sering membawakan makanan. Kadang membawakan bubur untuk Mas Siswo, kadang membawa nasi goreng untuk Om Slank dan untukku.

Pernah suatu hari Mas Siswo tidak mau memakan makanan yang disediakan RS, mual dan sering muntah lagi. Rani langsung punya ide besok mau dibuatkan bubur saja dari rumah. Benar, esoknya Rani membawa bubur untuk Mas Siswo dan nasi gudeg untukku dan Om Slank.

Pada hari ke-6 di RS ini, Mas Siswo dipindahkan ke kamar Mawar I, ruang kelas I yang berisi 2 pasien. Kebetulan ruang sebelahnya masih kosong, sehingga aku dan Om Slank bisa lebih leluasa menjaga Mas Siswo. Di kamar sebelah Fitri yang sedang bertugas menjaga Hartini. Ini adalah malam terakhir Hartini dirawat karena besok sudah boleh pulang. Sebelum adik-adik Jogja ini pada pulang, kami sempat mengobrol cukup lama di koridor dan mereka berjanji akan sering menjenguk kesini sampai Mas Siswo sembuh. Dan mereka juga menawarkan untuk mampir ke dormitori mereka, nanti setelah pulang dari sini.

Hingga Hartini sembuh mereka tetap hampir tiap hari ada yang datang menjenguk kami. Dan keakraban kami berlanjut. Setelah Mas Siswo diperbolehkan pulang, kami pun sempat beberapa kali main ke dormitori mereka. Kami memanggil mereka adik-adik. Kadang memanggil dengan panggilan Nok, Nduk dan lainnya panggilan Jawa yang sudah umum. Memang usia mereka rata-rata 20-an tahun. Beberapa tahun lebih muda dari kami.

Sejak saat itu kami sering datang ke Blok R itu. Kadang bertiga, kadang juga berdua, sama Om Slank atau sama Mas Siswo. Biasanya awal bulan kami datang main kesana. karena habis gajian jadi bisa membeli sesuatu untuk oleh-oleh. Mereka juga sering membuatkan masakan sederhana tapi istimewa, seperti sayur asam, gudeg dan soto. Kami hanya sering bercerita tentang pekerjaan dan saling menitip oleh-oleh kalau ada yang pulang.

Sayang kontrak mereka tidak lama. Hanya 1,5 tahun menjadi operator mesin di PT AIT dan setelah itu mereka tidak memperpanjang kontrak lagi. Katanya mereka ingin bekerja di kampung saja, dekat dengan orangtua dan keluarga.

Sejak saat itu kami kehilangan kontak dan belum pernah bertemu lagi dengan adik-adik Blok R ini. ()

adik-adik blok R : terima kasih gudeg dan sayur asamnya...

Tidak ada komentar: