Minggu, 16 September 2007

Mendadak Nikah

Budi adalah teman sekerjaku sekaligus serumah. Kami sudah sangat akrab satu sama lain layaknya saudara. Dalam berbagai hal kami jalani bersama, berbagi cerita suka maupun duka. Budi memiliki seorang teman, sahabat karibnya yang juga akrab denganku, namanya Fajar. Sebenarnya Budi dan Fajar pernah satu sekolah, waktu SMP, namun mereka sekolah di SLTA yang berbeda dan kerja di tempat yang berbeda pula. Budi melanjutkan kuliah di Jogja kemudian diteirma di perusahaan tempatku bekerja. Fajar melanjutkan kuliah D3 di Semarang dan diterima di sebuah perusahaan komponen mikro, di Kawasan Industri Batamindo.

Fajar sering main ke rumah kami, dan kami sering bertemu dalam berbagai kesempatan. Bermain bersama, ke pantai, rekreasi ke Pulau Penyengat, salah satu peninggalan pusat kerajaan Riau yang terkenal itu, berkemah, olahraga atau acara lain. Setiap akhir pekan kalau sedang tidak ada lembur, Fajar sering main ke rumah kontrakan kami. Sebagaimana layaknya seorang sahabat, kami berbagi cerita, curhat dan kadang juga cuma sekedar menonton film bersama.

Belum lama ini Fajar tunangan dengan pacarnya yang bernama Naning. Sebenarnya mereka telah lama kenal, namun baru bertemu lagi sejak sama-sama bekerja di Batam. Budi, Fajar dan Naning dulu satu sekolah, namun bekerja di perusahaan yang berbeda dan baru bertemu lagi di Muka Kuning dalam sebuah acara pertemuan keluarga Jawa Tengah di Batam waktu halal-bihalal tahun lalu. Bahkan mereka baru sadar kalau sama-sama menjadi anggota Ikatan Warga Pekalongan. Sejak saat itu juga Fajar dan Naning bertemu lagi dan mulai dekat.

Fajar dan Naning adalah pasangan yang serasi. Meskipun berpostur agak kecil, Fajar adalah pemuda yang tampan dan cerdas. Dia juga termasuk pekerja yang sukses. Sebagai teknisi senior di sebuah perusahaan elektronik yang berpusat di Amerika, dia sudah memiliki rumah sendiri meskipun dengan KPR. Rumahnya di perumahan Marcelia, Batam Centre, sedang dalam penyelesaian. Saat ini dia masih tinggal di dormitori, Blok P bersama 4 orang teman sekerjanya. Sedangkan Naning adalah gadis yang cantik, selalu memakai kerudung simpel dengan corak cerah dan seringnya bermotif bunga. Sebagai seorang staf administrasi di perusahaan Jepang, masih di kawasan industri Batamindo. Naning juga tinggal di dormitori, di Blok N, satu blok dengan sesama pekerja di PT-nya. Keduanya berasal dari Kota yang sama, Pekalongan. Hanya berbeda wilayah. Fajar berasal dari Kauman dan Naning tinggal di Buaran.

Suatu hari Budi menceritakan masalah yang dihadapi Fajar. Naning tiba-tiba sakit. Katanya mengalami nyeri di bagian kepalanya. Sekitar pelipis, di daerah antara telinga dan matanya. Tapi nyerinya sangat sakit, Naning sampai tidak sanggup menahannya dan pernah pingsan, saking tidak kuat menahannya.

Sudah tiga hari ini Fajar menemani Naning di Rumah Sakit Harapan Bunda. Namun dokter yang merawat belum bisa melakukan identifikasi penyakitnya. Kemungkinan syaraf sekitar matanya mengalami gangguan. Memang akhir-akhir ini mata Naning selalu berair terus. Secara bergantian teman-teman serumah Naning menunggui di RS. Setiap hari Fajar selalu menjenguknya, ia kelihatan sangat sedih melihat kondisi tunangannya itu.

Pada hari kelima, dokter memberi rujukan untuk dibawa ke sebuah Rumah Sakit di Jakarta, karena peralatan di RS tidak memungkinkan untuk penyakit ini. Segera Fajar menghubungi keluarga Naning dan besok mereka akan berangkat ke Jakarta. Setalh mendapatkan surat rekomendasi dari perusahaan tempat Naning bekerja dan rujukan daari RS ini, mereka langsung berangkat dengan pesawat pertama. Kebetulan di Jakarta Fajar memiliki saudara yang bisa dihubungi dan telah siap menjemput di bandara.

Aku dan Budi tidak bisa berbuat banyak. Kami hanya bisa membantu ala kadarnya, dana yang kami kumpulkan dari teman-teman serumah dan beberapa kenalan dekat kami masukkan ke amplop dan Budi yang menyerahkan ke Fajar. Biar bagaimanapun mereka adalah sahabat dekat. Budi tampak menahan kesedihannya melihat kondisi yang menimpa sahabatnya itu. Ia memberi motivasi agar Fajar tetap tabah dan menitipkan doa dari kami semua agar Naning cepat sembuh.

Aku dan Budi ikut mengantar mereka sampai Bandara Hang Nadim. Kondisi Naning sangat lemah. Ia masih bisa berkata-kata, tapi karena rasa nyeri di kepalanya, ia hanya diam menahan sakit. Wajahnya tampak pucat karena jarang mau makan. Fajar mendorong kursi roda yang dinaiki Naning dengan hati-hati. Mereka memandang kami dengan lembut dan penuh rasa persahabatan. Aku menangkap ucapan terima kasih yang tulus terpancar dari pandangan mata mereka meskipun tidak terucap melalui mulutnya.

Beberapa kali Aku dan Budi secara bergantian memegang tangan Fajar untuk memberi semangat kepadanya dan sesekali memandang ke Naning. Naning ditemani 3 orang teman se-dormitorinya. Mereka juga selalu memberi semangat kepada Naning, salah seorang yang membawa majalah kesukaan Naning membacakan sebuah artikel untuk menghibur Naning.

Ketika mereka telah dipanggil untuk menaiki pesawat, kesedihan kami tidak tertahankan lagi. Bersamaan dengan Naning yang disalami dan dipeluk teman-temannya, aku dan Budi juga bergantian menyalami dan memeluk Fajar. Saat Budi memeluk Fajar dengan penuh rasa persaudaraan di hadapan Naning, aku tidak sanggup menahan haru. Tak terasa air hangat menetes di pipi saat melihat tiga orang sahabat itu melepas kesediahan.

”Kita adalah saudara, kamu dan Naning adalah bagian dari hidupku.. Aku hanya mengantar sampai disini, tapi doaku akan selalu menyertai kalian, salam buat Bapak dan Ibu ya.. semoga Naning cepat sembuh dan kalian cepat kembali lagi kesini..” ucap Budi kepada sahabatnya itu.

”Terima kasih Bud, kami tidak akan melupakan jasamu...doakan kami ya...” jawab Fajar dengan beruraian air mata.

Setelah itu Budi juga mengucapkan hal yang sama kepada Naning, sambil menyentuh pegangan kursi roda. Naning bercucuran air mata haru dan mengucapkan terima kasih dengan ucapan yang tidak keluar suaranya, hanya bibirnya yang tampak bergetar. Air mata ini sudah tidak sanggup ditahan, aku berusaha menyekanya sebelum mengucapkan salam kepada mereka berdua. Aku melihat tiga orang teman Naning juga menunduk menahan kesedihan.
Dua hari kemudian Fajar menelepon dari Jakarta. Kami semua sedang berkumpul di rumah. Budi yang menerima telepon itu. Fajar menceritakan keadaan Naning. Dokter sudah berhasil melakukan diagnosa. Naning terkena semacam kanker di syaraf matanya dan harus dioperasi. Namun peralatan operasi belum ada di Indonesia. Menurut dokternya, dianjurkan untuk melakukan operasi laser di singapore. Apalagi mereka tinggal di Batam, lebih dekat kesana. Yang menjadi masalah adalah biaya operasi diperkirakan mencapai 70 juta rupiah.

Menurut Fajar, sebagai seorang staf kontrak di badian administrasi, Naning belum mendapat fasilitas kesehatan yang cukup untuk operasi. Biaya maksimal yang ditanggung perusahaannya hanya maksimal 20 juta.

Kami tercekat mendengar penuturan Fajar. Kami minta waktu sebentar untuk berembug sebelum memberikan saran ke Fajar. Betapa berat cobaan yang harus dialami Fajar dan Naning. Selain menceritakan penyakit Naning, kepada Budi, Fajar juga mencritakan sikap orangtuanya yang memang sejak awal tidak begitu suka dengan kedekatan Fajar dengan Naning. Pertunangan mereka pun hanya mendapat restu setengah-setengah dari orangtuanya. Memang orangtuanya menyertai Fajar waktu itu, tapi tidak dengan sepenuh hati. Sepertinya masih ada yang mengganjal di hati mereka berdua tentang Naning. Namun kedua orangtua Naning tidak terlalu memikirkan hal itu, mereka mendukung sepenuhnya.

Beberapa saat kemudian kami berunding. Salah seorang dari kami menyarankan agar kami meminjam uang ke Bank untuk biaya operasi. Atau menjual motor, atau mencari pinjaman lain. Budi sedang memikirkan untuk melakukan penggalangan dana dan donasi sebagaimana sering dilakukan jika ada saudara yang tertimpa musibah. Apalagi dengan melibatkan Ikatan Keluarga Pekalongan yang jumlahnya cukup banyak ditambah dengan Kekeluargaan Jawa Tengah yang beranggotakan ribuan orang.

Aku memiliki gagasan lain. Setahuku perusahaan tempat Fajar bekerja adalah perusahaan paling bonafide di Batamindo. Biasanya seluruh biaya kesehatan beserta keluarganya ditanggung oleh perusahaan. Aku coba lontarkan ke Budi tentang hal itu, meskipun dengan penuh tandatanya belum mengerti arah pembicaraanku, Budi meyakinkan bahwa yang ia tahu seluruh biaya kesehatan, beserta keluarga hingga anak ketiga ditanggung oleh perusahaan. Budi ingat waktu istri Pak Zaki dirawat selama hampir sebulan, semuanya ditanggung perusahaan. Pak Zaki adalah teman sekantor Fajar. Begitu juga, rekan Fajar sesama teknisi, Arief, yang anaknya operasi juga ditanggung oleh perusahaannya.

”Fajar tidak bisa lama-lama, Naning harus segera dioperasi. Telepon dia sekarang. Bilang ke dia, nikahi Naning hari ini juga, bukankah orangtua Naning sedang di Jakarta juga? Kalau Naning menjadi istri Fajar, maka biaya operasi Naning akan ditanggung oleh perusahaan Fajar.” Ungkapku cepat dan langsung mendapat respon persetujuan dari Budi dan kedua orang teman serumahku itu.

”Apa? ... tapi coba saya rundingkan dengan Bapak-Ibu disini.” Jawab Fajar ketika mendengar saran dari kami. Dalam kekagetannya ia menerima juga saran kami itu.

Beberapa saat kemudian Fajar menelepon kami dan menyampaikan bahwa sore ini juga mereka menikah di Jakarta, surat-surat diurus oleh saudara Fajar yang kebetulan bekerja di Pemerintah Kota Jakarta Timur. Dan semunya berlalu begitu cepat. Hanya disaksikan oleh ayah Fajar, kedua orangtua Naning, paman Fajar beserta istrinya, dan dibantu oleh petugas KUA Jakarta Timur, pernikahan itu dilangsungkan. Tidak ada pesta, tidak ada baju pengantin. Bahkan mempelai perempuan sedang terbaring sakit.

Esok harinya Fajar mengontak temannya yang di HRD dan menceritakan kronologisnya. Temannya itu yang kemudian mengurus surat-surat dan keperluan lain dengan perusahaan. Bersamaan dengan itu Fajar mengurus administrasi Rumah Sakit. Hari itu juga Fajar akan membawa Naning kembali ke Batam untuk melanjutkan ke Singapore. Dokter Rumah Sakit sudah melakukan kontak dengan pihak Rumah Sakit di Singapore, lusa akan langsung dijadwalkan operasi. Berarti masih ada waktu 2 hari. Jika sore ini sampai di Batam langsung naik feri ke Singapore berarti masih ada waktu 1 hari agar Naning bisa istirahat.

Dengan pesawat garuda, siang itu Fajar kembali ke Batam. Kedua orangtua Naning, ayah Fajar dan saudaranya kembali ke daerah asalnya dan tidak menyertai ke Batam. Sekarang tugas kami untuk menjemput mereka dan langsung mengantar ke Pelabuhan Internasional Sekupang. Teman Fajar yang orang HRD itu ternyata telah mempersiapkan semuanya, mobil dari Bandara, tiket Feri termasuk tax-nya. Karena bekerja di perusahaan asing yang sering melakukan training di Singapore, Fajar dan Naning sudah beberapa kali ke negeri Singa itu.

Tidak banyak kata-kata yang terucap dalam pertemuan tersebut. Begitu pesawat mendarat, kami menunggu di ruang kedatangan, petugas telah menyiapkan kursi roda untuk Naning. Kami hanya tersenyum kecil, menyalami dan saling berpelukan.

Untuk mengurangi rasa sedih aku coba mencairkan suasana dengan mengucapkan lirih kata selamat telah menjadi pengantin baru, semoga Allah memberikan keberkahan dalam pernikahan yang tidak terduga ini. Fajar mengucapkan terima kasih tetap berusaha tersenyum. Naning pun kelihatan lebih tegar menghadapi keadaan.

”Ah.. kasihan pasangan ini, mengapa pernikahan mereka harus dalam keadaan seperti ini?” batinku.

Dengan gerak cepat kami memindahkan Naning ke mobil perusahaan Fajar yang menjemput. Dibantu seorang staf wanita dan teman Fajar yang kemudian aku tahu bernama Setyo itu langsung meminta sopir untuk segera membawa kami ke arah Sekupang karena Feri satu jam lagi. Perjalanan Nongsa-Sekupang biasanya ditempuh dalam waktu 45 menit.

Tidak banyak pembicaraan kami selama dalam perjalanan. Fajar banyak bercerita tentang penyakit Naning dan sedikit membahas betapa hebohnya mengurus pernikahan super cepat mereka. Kami semua berharap agar dengan operasi ini Naning segera bisa pulih kembali.

Tepat jam 15.00 kami sampai pelabuhan internasional Sekupang. Feri Batam Fast dijadwalkan jam 15.15 tujuan World Trade Centre (sekarang Harbour Front). Kami mengantar Fajar untuk mengurus passport dan persiapan semuanya. Nanti di WTC sudah ditunggu oleh petugas dari RS setempat. Kami kembali berpelukan dan mengucapkan selamat jalan kepada Fajar dan Naning. Keharuan kembali melanda, kami.

Sejenak kami melihat saat Batam Fast melaju meninggalkan Sekupang. Aku dan Budi berpamitan kepada Pak Setyo yang kemudian pulang dengan mobil perusahaan yang membawa mereka. Sebenarnya kami ditawari untuk pulang bersama, tapi kami beralasan akan mampir ke tempat kerja kami dulu yang tempatnya tidak jauh dari pelabuhan.

Menjelang operasi, Fajar menghubungi Budi. Ia meminta doa semuanya untuk kesembuhan Naning. Kami semua mengangguk, meskipun Fajar tidak melihatnya. Dalam hati aku berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Naning dan Fajar, agar mereka segera menikmati hari-hari indah pernikahan mereka.

Kami semuanya mengucapkan syukur ketika mendengar operasi berjalan lancar. Tidak terlalu sulit pelaksanaannya karena operasi dilakukan dengan teknologi sinar X. Jadi tidak ada pisau operasi dan ruang operasi yang menyeramkan. Semua dilakukan dengan teknologi canggih. Selesai operasi, Naning menjalani perawatan beberapa hari dan kata dokter setempat 3 hari berikutnya sudah boleh dibawa pulang.

Dengan sukacita kami menyambut kedatangan Fajar dan Naning kembali di Pelabuhan Sekupang. Sekarang Naning sudah bisa tersenyum. Wajah anggunnya telah kembali dengan senyum manisnya. Kecantikan alami seperti gadis Jawa pada umumnya. Meskipun masih tampak sedikit pucat, Naning tetap kelihatan manis. Fajar yang mendampinginya juga sudah bisa tersenyum lebar. Mereka terlihat bergandengan tangan saat meninggalkan pelabuhan, masuk ke dalam mobil yang telah kami sewa. Kami menyewa mobil kijang untuk menjemput mereka agar cukup lega dan bisa membawa barang-barang perlengkapan mereka.

Kami menuju rumah Fajar yang telah selesai direnovasi. Selama hampir 2 minggu ditinggalkan Fajar, ternyata dia selalu memotir renovasi rumahnya, saat ini telah siap ditempati. Tanpa sepengatahuan mereka aku dan Budi telah menyiapkan syukuran kecil-kecilan, untuk kesembuhan Naning dan merayakan pernikahan mereka. ()

Tidak ada komentar: