Kamis, 13 September 2007

Selamat Tinggal, Teh Lies

Selamat ya Dhek, tadi ceramahnya bagus. Afwan, tadi Teteh cuma bisa ngambil gambarnya dari jauh ” kata Teh Lies sambil menyerahkan kamera kepada Aldi saat acara peringatan Maulid Nabi di sebuah Lembaga Pemasyarakatan itu usai.

Aldi yang ditunjuk oleh teman-temannya mahasiswa Islam untuk menjadi penceramah. Aldi memang pintar pidato dan wawasannya tentang Islam cukup baik. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang alim. Dia juga rajin mengikuti pengajian mingguan. Teh Lies sering memanggil Aldi dengan panggilan Dhek. Memang usia Aldi beberapa tahun lebih muda meskipun di kampus mereka satu tingkat.

Jazakillah” jawab Aldi singkat. Kemudian mereka berkumpul ke ruang sekretariat bergabung dengan pengurus LP.

Lilis Listiyaningsih nama lengkap gadis itu. Sikapnya yang supel membuat ia banyak dikenal dilingkungan kampus. Di samping kuliah ia juga bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di kota ini. Ia aktif di berbagai kegiatan kampus, mulai dari senat mahasiswa sampai organisasi mahasiswa Islam. Ia kuliah di jurusan akuntansi namun sangat pintar bahasa Inggris. Teman-teman di kampus lebih akrab menyapanya dengan panggilan Teteh, karena dia keturunan Jawa Barat tulen.

Perkenalannya dengan Aldi sejak beberapa waktu lalu sempat membuat mereka dekat. Aldi adalah mahasiswa satu tingkat dengannya. Anak Informatika itu memang terkenal dengan kecerdasan dan keaktifan di kampus. Selain menjabat sebagai Sekjen Senat Mahasiswa, ia juga aktif di organisasi mahasiswa Islam.

Mereka kadang bertemu dalam rapat-rapat organisasi maupun kegiatan sosial.
Meskipun sesekali bertemu, namun mereka lebih sering komunikasi melalui email. Aldi juga bekerja di bidang informatika sesuai dengan kuliahnya. Melalui media maya inilah mereka mulai akrab. Hampir pada setiap acara kampus mereka berdua sering tampil bersama, kadang sebagai pembicara, memberikan kata sambutan maupun menjadi MC.

Sejak acara di Lembaga Pemasyaralatan itu, Aldi merasa ada sesuatu yang lain dalam dirinya. Terutama ketika bertemu dengan Teh Lies atau ada kegiatan bersama. Ketika ada kongres mahasiswa Islam di Jambi, mereka mengirim perwakilan untuk menghadiri termasuk Teh Lies. Aldi mendapat tugas untuk standby di sekretariat. Hampir setiap hari ia kirim SMS ke Teh Lies menanyakan kabarnya dan kegiatan kongres.

Demikian juga ketika ia mendapat tugas membaca Quran dalam sebuah acara pengajian di kampus. Teh Lies bertugas sebagai pembaca saritilawah. Aldi merasa ada sesuatu yang lain dalam dirinya. Kadang-kadang sesekali ia mencuri pandang ke arah tempat Teh Lies berada, meskipun sekedar melihat dari belakangnya. Ia seperti hafal bentuk jilbab yang dikenakan gadis itu. Meskipun tidak pernah menghampirinya.

Karena keakrabannya, teman-teman di kampus sering menafsirkan bahwa mereka berpacaran.

Teteh, afwan kalo saya sampaikan ini” batin Aldi sambil menekan tombol send di layar komputernya. Ia mengirim email kepada Teh Lies klarifikasi tentang gosip di kampus.

Teteh yang dirahmati Allah.
Bada tahmid dan sholawat,Sepertinya kita harus mulai membatasi diri dalam setiap pertemuan dan aktvfitas kampus, saya takut terkena penyakit hati dan tidak enak dengan teman-teman. Saya juga akan membatasi diri untuk tidak sering bertemu Teteh.
Kita sama-sama mengetahui batas-batas hijab antara kita. Saya tidak ingin hal ini mengotori hati kita.
Semoga Allah mengampuni dan melindungi kita.
Wassalam,
Dhek.


Email itu ditulis Aldi setelah melakukan perenungan tentang apa yang ia lakukan terakhir ini. Ia seperti dibuai bunga-bunga merah jambu hingga lupa batas-batas hijab antar lawan jenis. Ya. Ia terlalu dekat dengan Teh Lies, sang Teteh itu. Dan ia menyimpulkan untuk mengakhiri semuanya. Ia tidak ingin larut dalam buain angin syetan itu. Apalagi setelah mendapat taujih dari Bang Hasan tentang Tazkiyatun Nafs, dalam kajian pekanan bersama teman-temannya.

Sejak saat itu mereka jarang bertemu di kampus dan jarang juga mereka berkirim email lagi. Keduanya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kurang lebih 2 bulan berikutnya Aldi menerima kiriman email dari Teh Lies.

Buat Dhek, semoga Allah merahmati.

Alhamdulillah Dhek telah mengingatkan, Teteh juga khilaf. Terus terang hampir saya bunga-bunga ini menjerumuskan Teteh dalam buaian dan menjadikan Teteh terperdaya. Teteh juga merasakan hal yang sama.

Sekarang Teteh ingin memperbaiki dan menata hati ini kembali. Apalagi akhir-akhir ini Teteh jarang menghadiri pertemuan pekanan, Teteh ingin kembali kesana.

Terima kasih telah mengingatkan. Semoga Allah mengampuni kita.
Wassalam,
Teteh.


Amin” batin Aldi sambil merenung membaca surat elektronik itu. Ia sengaja tidak membalas email itu dan menganggapnya sebagai email terakhirnya kepada Teh Lies.

Tut….tut…... HP Aldi berbunyi. Sambil mengucap salam ia menyapa lawan bicaranya. Yadi, adik tingkatnya sedang bicara diseberang. Ia mengabarkan bahwa Teteh sedang di rumah Sakit Budi Kemuliaan, dirawat disana. Terkena sakit malaria.

Bersama teman-teman kampus Aldi menjenguk Teh Lies di Ruang Cendana. Hari berikutnya teman-temannya bergantian menjaga di ruang perwatan. Karena semakin kritis, melalui pihak perusahaan mereka menghubungi orangtuanya di Tasikmalaya untuk datang kesini.

Namun kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi. Akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya didampingi teman-teman kampusnya.

Aldi menerima kabar kepergian Teh Lies ketika ia masih di kantor. Dalam keadaan kaget campur sedih, ia segera datang ke rumah sakit. Ia memimpin teman-temannya mensholatkan jenazah di rumah sakit dan membacakan surat yasin.

Kemudian bersama yang lain membawa jenazah ke masjid Nurul Islam, tempat tinggal Teh Lies. Teman-teman sekerjanya sudah banyak yang menunggu disana termasuk manajemen perusahaan.

Sampai akhirnya setelah dilakukan koordinasi dengan pihak keluarga, jenazah Teh Lies diantar oleh pihak perusahaan untuk dimakamkan di kampung halamannya.

Aldi memasuki mobil yang mengantar mereka ke bandara dengan perasaan yang campur aduk. Hanya doa yang bisa ia panjatkan selama perjalan kembali ke rumah dari bandara Hang Hadim. Selamat Jalan, Teteh. Semoga Allah merahmati engkau()

Tidak ada komentar: